Seputar Dunia IT dan Pengembangan Diri

Breaking

Thursday, January 10, 2019

Penjelasan Tentang Semiotika | Abubakar Ghifari

Assalamu'alaikum Wr.Wb


Pendahuluan
    Hai Sobat..Pada kesempatan kali ini saya akan sharing mengenai pengetahuan tentang Semiotika.

Latar Belakang

  Sebagai makhluk yang hidup di  dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama agar  tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.

Maksud dan Tujuan
  • Memahami pengertian dari semiotika
  • Memahami pengertian semiotika dari para ahli
  • Mengetahui macam-macam semiotika
  • Mengetahui tipe-tipe tanda
  • Mengetahui sitem dari semiotika
  • Mengetahui hudungan semiotika dengan Teknologi Pendidikan
Pembahasan

1. Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli

A. C.S Peirce
     Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Contoh: Saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang mengomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol kemuslimahan.

B. Ferdinand De Saussure
    Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan
petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan
Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”.

C. Roland Barthes
  Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. 

   Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. Secara ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.Pada tahap pertama, tanda dapt dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya.
Tahap ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru menelaah tanda secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat masuk ke tahap kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini konteks budaya, misalnya, sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.Dalam contoh di atas, pada tahap I, tanda berupa BUNGA MAWAR ini baru dimaknai secara denotatif, yaitu penandanya berwujud dua kuntum mawar pada satu tangkai. Jika dilihat konteksnya, bunga mawar itu memberi petanda mereka akan mekar bersamaan di tangkai tersebut. Jika tanda pada tahap I ini dijadikan pijakan untuk masuk ke tahap II, maka secara konotatif dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan mekar itu merupakan hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya kita, bunga
adalah lambang cinta?Atas dasar ini, kita dapat sampai pada tanda (sign) yang lebih dalam maknanya, bahwa hasrat cimta itu abadi seperti bunga yang tetap bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan cinta itu abadi dan mampu
mengatasi segalanya.

2. Macam-Macam Semiotika

a. Semiotik Analitik
Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.

b. Semiotik Deskriptif
Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

c. Semiotik Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan terdengar.

d)Semiotik Kultural
Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

e. Semiotik Naratif
Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore).

f. Semiotik Natural
Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.

g. Semiotik Normatif
Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.

h. Semiotik Sosial
Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.

i. Semiotik Struktural
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

3. Tipe-Tipe Tanda
a) Ikon
    Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.

b) Indeks
   Merupakan tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya atausesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya. Di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu, tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman web yang dimaksud.

c) Simbol
     Merupakan tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu berarti “stop” atau larangan masuk.

4. Sistem Semiotika

Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem.

1) Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
  Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.

2) Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
   Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan.Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.

3) Semiotik Semantik (semiotic semantic)
   Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.

5. Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan
      Salah satu tujuan Teknologi Pendidikan  yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran. DVD umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk bebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam DVD adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar). Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam DVD adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

Secara umum semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda ( the study of signs).

Tokoh dalam Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Macam-macam Semiotika ada 9 yaitu Semiotik Analitik, Semiotik Deskriptif, Semiotik Faunal (Zoo semiotic), Semiotik Kultural, Semiotik Natural, Semiotik Normatif, Semiotik Sosial, dan Semiotik Struktural.

Tipe-tipe tanda antara lain Ikon (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya), Indeks (sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya), dan Simbol (Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan dalam masayarakat)

Sistem Semiotika ada 3 yaitu Semiotik Pragmatik (menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek), Semiotik Sintaktik (menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek), dan Semiotik Sematik (menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan).

Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.

1. Konsep dasar tradisi semiotika
-Tanda, yaitu stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain. Contohnya ketika kita melihat asap berarti itu menandakan adanya api.
-Simbol, yaitu menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Contohnya burung merpati melambangkan tanda perdamaian.

2. Tokoh Semiotika
-Charles Sanders Peirce,
-Ferdinand de Saussure,
-Louis Hjemslev,
-Roland Barthes,
-Sussane Langer,
-Jacques Derrida,
-Jean Baudrillard, dan sebagainya.

3. Teori Semiotika Media menurut Jean Baudrillard
-Perkenalan-
Jean Baudrillard adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. He is new Mc Luhan!! Baudrillard lahir dalam keluarga miskin di Reims pada 20 Juni 1929. Baudrillard tutup usia di usia 77 tahun tanggal 6 Maret 2007 di Paris. (Wikipedia,
2014).
-Asumsi teori-
a) Tanda-tanda memang terpisah dari objek yang mereka tandai dan bahwa media telah menggerakkan proses ini hingga titik dimana tidak ada yang nyata.
b) Media, simulasi, dan apa yang disebut ‘cyberblitz’ telah mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah dan tipe masyarakat yang baru.
c) Media mendominasi kehidupan kita dengan informasi yang membentuk apa yang ktia rasakan sebagai pengalaman yang nyata, tetapi yang juga dihilangkan dari hal-hal yang alami.
d) Budaya komoditas kita yang didorong oleh media merupakan salah satu aspek simulasi tempat kita hidup.

4. Konsep dasar teori semiotika media.

1) Hiperealitas
->Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hiperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi realitas atau bahkan lebih real dari realitas (Ritzer 2009 : 678 ).
Hipperealitas adalah efek, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yan dihasilkan dari proses tersebut ( Piliang, 2003 : 150 ).
->Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction. Hiperealitas adalah duplikat dari realitas yang didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).
->Media, menjadikan manusia tenggelam dalam hipperealitas. Manusia mengalami sesuatu yang melebihi realitas dan semakin lama kehilangan realitas atau kehidupan sebenarnya yang real.
->Hiperealitas juga membuat dunia nyata dan dunia maya menjadi susah
dibedakan, bahkan hiperealitas melebihi dunia nyata tersebut.

2) Budaya Simulasi
->Budaya komoditas dunia kini didorong oleh media dan membuat simulasi di tempat kita hidup. Lingkungan tiruan memberitahu kita apa yang harus dilakukan, karena lingkunganlah yang membentuk selera, pilihan, kesukaan, dan kebutuhan kita.
->Budaya konsumerisme menjadi salah satu budaya yang kuat sekarang ini hampir di setiap negara, termasuk Indonesia. Mengonsumsi menjadi hal yang sangat penting bagi setiap individu walaupun barang yang kita konsumsi itu tidak benar-benar kita inginkan atau kita butuhkan.

3) Nilai tanda & Nilai Simbol
->Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalisme-lanjut (late capitalism), nilai-guna dan nilai-tukar telah dikalahkan oleh sebuah nilai baru, yakni nilai-tanda dan nilai-simbol.
->Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang lahir bersamaan dengan semakin meningkatnya taraf ekonomi masyarakat Barat, lebih memandang makna simbolik sebuah objek ketimbang manfaat atau harganya, melainkan berdasarkan prestise dan makna simbolisnya

5. Simpulan Teori
1. Kebudayaan postmodern adalah kebudayaan uang, excremental culture. Uang mendapatkan peran yang sangat penting dalam masyarakat postmodern. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, fungsi dan makna uang dalam budaya postmodern tidaklah sekedar sebagai alat-tukar, melainkan lebih dari itu merupakan simbol, tanda dan motif utama berlangsungnya kebudayaan.

2. Kebudayaan postmodern lebih mengutamakan penanda (signifier) ketimbang petanda (signified), media (medium) ketimbang pesan (message), fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda (system of signs) ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika (aesthetic) ketimbang etika (ethic).

3. Kebudayaan postmodern adalah sebuah dunia simulasi, yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta melalui produksi maupun reproduksi secara tumpang tindih dan berjalin kelindan.

4. Sebagai konsekuensi logis karakter simulasi, budaya postmodern ditandai dengan sifat hiperrealitas, dimana citra dan fakta bertubrukan dalam satu ruang kesadaran yang sama, dan lebih jauh lagi realitas semu (citra) mengalahkan realitas yang sesungguhnya (fakta).

5. Kebudayaan postmodern ditandai dengan meledaknya budaya massa, budaya ppopuler serta budaya media massa.

6. Contoh kasus
Aduh, Orang-Orang Ini Menikah Bukan Dengan Manusia
Senin, 21 Oktober 2013 10:45
Vemale.com - Seorang wartawan dari CNN telah melakukan wawancara secara langsung dan ekslusif
dengan pria yang sedang menjadi bahan pembicaraan publik ini. Tanpa ragu dan malu, pria asal negri
sakura ini menyatakan bahwa dirinya sangat jatuh cinta dengan salah satu karakter wanita dalam game yang sudah ia mainkan sejak bertahun-tahun tersebut. Yup, karakter cantik dan imut yang berada pada game nitendo tersebut ia beri nama Nene. Tak pikir panjang, pria yang nama aslinya masih belum diketahui tersebut pun ingin membuktikan rasa cintanya dengan menikahi Nene. Dalam sebuah gedung, lelaki ini mengundang beberapa temannya untuk hadir dalam acara janji setianya dengan Nene sang karakter wanita dalam game yang ia gemari. Tak tanggung-tanggung, pria ini pun kerap membawa Nene, bahkan hampir setiap saat ke mana pun ia pergi. Sesibuk apapun, Nene akan selalu menjadi pendamping setianya di saat tidur, makan, mandi, bahkan berenang. Nampaknya, kecantikan yang dimiliki oleh Nene telah membuat pria ini sangat tergila-gila padanya yah ladies.

7. Analisis Kasus
• Bila dilihat dari kasus tersebut, lelaki tersebut telah masuk ke dalam hiperealitas yang dibuat oleh media manga Jepang. Lelaki tersebut tenggelam dalam hiperealitas yang dibuatnya. Manga membuat karakter anime yang ‘seakan-akan’ nyata dan memiliki karakter wanita yang sempurna bagi lelaki tersebut sehingga akibat terlalu sering bermain dengan anime tersebut, ia pun menjadi jatuh cinta dan dunia ‘nyata’ bagi lelaki tersebut adalah dunia manga.
• Jepang adalah salah satu negara maju yang memiliki perkembangan teknologi media yang sangat baik. Jepang pun sering mengembangkan game-game yang bentuknya semakin dekat dengan kehidupan nyata. Sehingga bagi mereka yang kecanduan dengan permainan tersebut akan sulit lepas. Karena bagi mereka dunia permainan tersebut adalah dunia yang sesuai dengan keinginan mereka dan lebih membuat mereka senang ketimbang dunia asli.

Kesimpulan
      Media memang berhasil membuat realitas baru yang selal mengedepankan hal-hal yang sempurna yang membuai manusia. Sebagai contoh adalah masalah “kecantikan”. Media begitu apik membuat realitas tentang kecantikan, bahwa kecantikan itu adalah wanita dengan kulitputih, hidung mancung, alis rapih, dan sebagainya, sehingga setiap wanita yang ingin tampil cantik maka ia harus memiliki kulit putih, hidung mancung, dan sebagainya. Hal ini pun terjadi pada diri lelaki tersebut dimana media berhasil menciptakan realitas dimana lelaki tersebut akan mendapatkan perempuan yang diinginkan yang ia tidak dapatkan di dunia nyata yang sesungguhnya. Oleh karena itu media berhasil menciptakan tanda-tanda sebagai realitas yang baru yang lebih baik dari realitas yang sesungguhnya.

Referensi
http://www.slideshare.net/mankoma2012/teori-semiotika-media
http://wajirannet.blogspot.co.id/2008/01/semiotika-negativa-st-sunardi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika

Penutup
    Sekian artikel kali ini semoga bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

No comments:

Post a Comment